LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I
PERCOBAAN IV
KINETIKA REAKSI
KIMIA
OLEH:
NAMA : ANDI ANUGRAH AGUNG IBRAHIM
NIM : F1F1 11 091
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAGUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
KINETIKA
REAKSI KIMIA
A. TUJUAN
Untuk
mempelajari kinetika suatu reaksi kimia dan menentukan waktu kadaluarsa obat.
B.
LANDASAN
TEORI
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu
menghasilkan antarubahan senyawa kimia.
Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai
reaktan.
Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi,
dan akan menghasilkan satu atau lebih produk
yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik,
reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron
dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia,
walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel
elementer seperti pada reaksi nuklir
(Purba,2004).
Kinetika kimia
disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakkan molekul, elemen atau ion
dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi waktu. Mekanisme reaksi
dapat diramalkan dengan bantuan pengamatan dan pengukuran besaran termodinamika
suatu reaksi, dengan mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu system
(Siregar, 2008).
Kadaluarsa obat
adalah berakhirnya batas aktif dari obat yang memungkinkan obat menjadi kurang
aktif atau menjadi toksik (beracun). Kadaluarsa obat juga diartikan sebagai
batas waktu dimana produsen obat menyatakan bahwa suatu produk dijamin stabil
dan mengandung kadar zat sesuai dengan yang tercantum dalam kemasannya pada
penyimpanan sesuai dengan anjuran. Dalam penggunaan obat dikenal istilah
’medication error’, yaitu pemakaian obat yang tidak tepat dan menimbulkan
kerugian pada pasien, walaupun pengobatan tersebut berada dalam pengawasan
profesional kesehatan, pasien dan konsumen. Salah satu komponen penting dalam
’medication error’ adalah ’deteriorated drug error’, yaitu penggunaan obat yang
telah kadaluarsa atau integritas secara fisik dan kimia telah menurun ( somelus, 2010).
Untuk menentukan
kecepatan dekomposis suatu obat, digunakan metode elevated, terurainya obat tersebut
dipercepat dengan memanaskannya pada temperature yang lebih tinggi. Log K
versus 1/T dinyatakan dalam grafik dengan
menentukan persamaan garis regresi linear akan didapatkan harga K pada
temperature kamar untuk menetukan waktu kadaluarsa obat. Metode ini dikenal
sebagai studi stabilitas dipercepat (Anonim,2012)
Laju menyatakan
seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga
menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu
dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun (Hera, 2009).
C. ALAT
DAN BAHAN
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
Ø Pipet
tetes
Ø Filler
Ø Tabung
reaksi
Ø Penangas
air
Ø Statif
Ø Klem
Ø Pipet
ukur 10 ml
Ø Thermometer
Ø Hot
plate
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini
yaitu :
Ø Aquades
Ø Asetosal
Ø FeCl3
Ø Es
batu
D. PROSEDUR
KERJA
Larutan asetosal
|
· Dimasukkan
ke dalam 5 tabung reaksi, masing-masing 10 ml
· Dipanaskan
pada suhu 40 oC
· Diangkat
tabung reaksi tiap 5 menit
· Didinginkan
· Ditambahkan
larutan FeCl3, masing-masing 0,2 ml
· Dikocok
· Diukur
serapan pada spektrofotometer
· Diamati
Tabung
1 = 3,848 A
Tabung 2 = 2,453 A
Tabung 3 = 1,392 A
Tabung 4 = 2,974 A
Tabung 5 = 1,612 A
E.
HASIL
PENGAMATAN
1. Tabel
hasil pengamatan
NO
|
Tabung
|
Waktu (menit)
|
Absorbansi ( C )
|
Log C
|
t 50%
|
K spesifik
|
1
|
I
|
5
|
3,848
|
0,5852
|
0,298
|
-0,029
|
2
|
II
|
10
|
2,453
|
0,3897
|
0,303
|
0,03
|
3
|
III
|
15
|
1,392
|
0,1436
|
0,306
|
0,058
|
4
|
IV
|
20
|
2,974
|
0,4733
|
0,291
|
-0,106
|
5
|
V
|
25
|
1,612
|
0,2074
|
0,0303
|
0,029
|
2. Perhitungan
a. Perhitungan
k spesifik tiap tabung
K1 =
log
=
log
= 0,4606 log 0,8651
=
0,4606 (-0,0629)
=
-0,029
b. Perhitungan
t50% untuk tabung 1
t50% =
=
=
= 0,298
3.
Grafik hubungan log C dan t
Dari grafik di atas,
diketahui persamaan garis y = -0,013x + 0,561; maka hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
y
= bx + a log C =
log Co –
t
, sehingga:
b = –
-0,013 = -
K tot =
0,029 menit-1 , maka :
t90 =
=
= 3,62 menit
t 50%
=
=
= 22,03 menit
F.
PEMBAHASAN
Reaksi
kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan
bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan
produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya
pereaksi atau laju terbentuknya produk.
Faktor-faktor yang mempercepat
kadaluarsa obat meliputi faktor internal yaitu proses peruraian obat itu
sendiri dan karena faktor eksternal yaitu oksigen, temperatur, cahaya dan kelembapan.
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju
reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada
konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering
menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut
berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua
adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing
berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran
laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang
tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik
garis lurus.
Laju menyatakan
seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga
menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu
dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Perubahan
konsentrasi mula-mula dijadikan acuan untuk mengetahui kecepatan dekomposisi
obat atau waktu paruh obat, yang dinyatakan dengan tetapan laju reaksi (k).
Waktu paruh obat
merupakan waktu yang dibutuhkan suatu zat untuk terurai. Waktu paruh obat
berguna untuk mengetahui seberapa lama suatu sediaan itu stabil.
Perlakuan
pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah dengan memasukkan larutan
asetosal kedalam 5 buah tabung reaksi masing - masing sebanyak 5 ml. kemudian
kelima tabung reaksi tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia 500 ml yang berisi
air dan kertas. Kertas dalam gelas kimia berfungsi untuk menjaga agar
thermometer dapat terpasang dengan baik. Selanjutnya, gelas kimia tersebut
diletakkan pada hot plate untuk dipanaskan. Dilakukan pemanasan karena pada
percobaan ini menggunakan metode elevated yaitu suatu metode yang digunakan
untuk mempercepat reaksi suatu obat dengan memanaskannya pada temperature yang
lebih tinggi. Dengan metode ini kita dapat mempercepat terurainya molekul atau
senyawa-senyawa dalam obat dengan pemanasan. Adapun alasan digunakan metode
elevated karena metode ini cukup mudah dilakukan dengan hasil yang akurat.
Pada percobaan
ini suhu yang digunakan untuk memanaskan larutan yaitu 40 0C. Hal ini
dikarenakan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asetosal yang pada
pembuatannya dicampur dengan alkohol yang mudah menguap. Sehingga, untuk
menghidari penguapannya maka digunakan suhu 40 0C. tabung reaksi yang telah
dipanaskan dikeluarkan satu persatu dari gelas kimia dengan selang waktu 5
menit. Sehingga diperoleh waktu untuk pemanasan tabung I yaitu 5 menit, tabung
II 10 menit, tabung III 15 menit, tabung IV 20 menit dan tabung V 25 menit.
Selain ke 5 tabung diatas, ada salah satu tabung reaksi atau tabung VI yang
berisi asetosal. Namun, pada perlakuanya tabung ini tidak dipanaskan karena
akan digunakan sabagai larutan standar, pembading atau sebagai konsentrasi mula
– mula.
Perlakuan
selanjutnya yaitu dengan menyimpan tabung reaksi yang telah dipanaskan pada
gelas kimia yang berisi es batu. Es batu ini berfungsi untuk menghentikan
penguraian yang terjadi pada saat asetosal dipanaskan. Setelah semua tabung
didinginkan dan didiamkan di sebuah gelas kimia kosong, maka kelima tabung
reaksi yang melalui proses pemanasan tadi diteteskan dengan larutan FeCl3
sebanyak satu tetes. Perlakuan ini juga dilakukan pada tabung reaksi keenam yang
tanpa melalui proses pemanasan.
Adapun tujuan
ditetesi dengan stu tetes larutan FeCl3 adalah agar terbentuk kompleks antara
Fe3+ dengan asetosal sehingga terjadi perubahan warna dari berwarna bening
menjadi berwarna keunguan yang tidak terlalu pekat. Dengan adanya warna ini
maka dapat dihitung nilai absorbansinya (yang digunakan untuk nilai log C)
dengan menggunakan alat spektrofotometer. Nilai konsentrasi suatu obat
berbanding lurus dengan nilai absorbansinya sehingga dengan diketahuinya nilai
absorbansi maka konsetrasi nya juga dapat diketahui.
Hasil yang
diperoleh untuk nilai absorbansi yaitu seharusnya semakin kecil apabila semakin
lama proses pemanasannya. Hal ini didasari bahwa apabila suatu senyawa
dipanaskan maka akan menaglami penguraian sehingga konsentrasinya semakin
kecil. Namun, pada percobaan ini khususnya tabung IV menunjukkan nilai
absorbansi yang lebih besar dari pada tabung sebalumnya atau tabung III.
Kesalahan ini kemungkinan disebabkan oleh penambahan larutan FeCl3 yang
berlabihan.
G. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah Kinetika reaksi
kimia yaitu kecepatan reaksi dan mekanisme reaksi yang dapat menunjukkan
seberapa cepat proses reaksi berlangsung dalam waktu tertentu, dan untuk
mengetahui waktu kadaluwarsa obat yaitu dengan cara uji stabilitas. Semakin
panas suhu yang diberikan pada suatu obat maka waktu kadaluarsa obat semakin
cepat sehingga untuk menyimpan obat sebaiknya di tempat sejuk atau terhindar
dari kontak langsung dengan matahari.
H.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun
praktikum farmasi fisika 1. Unhalu. Kendari.
Purba, Michael.2004. Kimia untuk SMA kelas XI.. Jakarta:
Erlangga.
Siregar, Tirena Bahnur.
2008. Kinetika Kimia Reaksi Elementer. Medan. Usu press.
http://somelus.wordpress.com/2010/11/08/faktor-yang-mempengaruhi-kadaluarsa-obat/.
Diakses 15 – 04 – 2012.
http://somelus.wordpress.com/2010/11/08/faktor-yang-mempengaruhi-kadaluarsa-obat/.
Diakses 15 - April – 2012.
http://hera-kimia.blogspot.com/
. diakses 15- 04- 2012.