LAPORAN
PRAKTIKUM
FARMASI FISIKA I
PERCOBAAN
I
KELARUTAN
INTRINSIK OBAT
OLEH:
NAMA : ANDI ANUGRAH AGUNG IBRAHIM
NIM : F1F1 11 091
KELOMPOK : V
ASISTEN : DIAN
PERMANA S,Si
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
KELARUTAN
INTRINSIK OBAT
A.
TUJUAN
Memperkenalkan
konsep dan proses pendukung system kelarutan obat dan menentukan parameter
kelarutan zat.
B.
LANDASAN
TEORI
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis
kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang
sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam
titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini
banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Indigomorie).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun
basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai
keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.Pada saat titik
ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar
titrant (Indigomorie).
Kelarutan
diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada
suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan.
Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan.
Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan
kristal campuran) (Voight.,
1994).
Secara
kualitatif larutan didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih
zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili
liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam
salisilat akan larut dalam 500 ml air.
Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen. Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai
sediaan “cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya” (Drs.
M. Idris Effendi., 2003).
Masalah
yang hampir selalu dihadapi dalam merancang dan mengembangkan sediaan adalah
masalah kelarutan obat. Teori tentang kelarutan merupakan konversi dari suatu
keadaan menuju keadaan lain, dan melibatkan fenomena kesetimbangan.Dalam
bermacam sistem farmasi, aplikasi dari model ini digunakan untuk memperkirakan
kelarutan dan menyederhanakann pengembangan formulasi, sesuatu yagn tidak selalu
mudah apalagi untuk sediaan parenteral (Agoes).
Telah diteliti (Rosita, 2003) pengaruh
gliserol dalarn rneningkatkan kelarutan astemizol tetapi diketahui bahwa daya
peningkatan ini rnenurun dengan kenaikan suhu. Selain dengan penggunaan
kosolven seperti gliserol, usaha peningkatan kelarutan suatu bahan dapat juga
dilakukan dengan penggunaan surfaktan sebagai solubilizi~lga gent (Yalkowsky,
1981). Surfaktan yang sering digunakan untuk sediaan penggunaan internal
rnaupun eksternal karena faktor kearnanannya adalah surfaktan nonionic (
Noorma,2007).
C.
ALAT
DAN BAHAN
- Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah
· Buret.
· Erlenmeyer
7 buah.
· Pipet
tetes.
· Tabung
reaksi.
· Aluminium
foil
· Timbangan.
· Pipet
ukur.
· Filler.
- Bahan yang digunakan
dalamm percobaan ini adalah
· Aquades.
· Ethanol.
· Polietilenglikol.
· Asam
salisilat.
· NaOH.
· Kertas
saring 7 lembar
D. PROSEDUR KERJA
Aquadest 6 mL
|
-
Dimasukkan
ke dalam tabung reaksi 1-7
-
Ditambahkan
etanol:
Tabung I = 0 mL
Tabung II = 0,5 mL
Tabung III = 1 mL
Tabung IV = 1,5 mL
Tabung V = 3 mL
Tabung VI = 3,5 mL
Tabung
VII = 4 mL
-
Ditambahkan
propilen glikol:
Tabung I = 4 mL
Tabung II = 3,5 mL
Tabung III = 3 mL
Tabung IV = 1,5 mL
Tabung V = 1 mL
Tabung VI = 0,5 mL
Tabung
VII = 0 mL
-
Ditambahkan
asam salisilat 1 gr pada tabung 1-7
-
Dikocok
selama 30 menit
-
disaring
Residu
|
Filtrat
|
-
-
ditambahkan
indikator pp 3 tetes
-
dititrasi
dengan NaOH 0,1 N
-
dicatat
volume NaOH yang digunakan
-
ditentukan
kadar asam salisilat
Tabung I
= 0,12 M
Tabung II = 0,146 M
Tabung III = 0,124 M
Tabung IV = 0,046 M
Tabung V = 0,05 M
Tabung VI = 0,108 M
Tabung VII = 0,146 M
E. HASIL PENGAMATAN
a.
Tabel pengamatan.
Tabung
|
Volume ( ml )
|
Asam salisilat
|
NaOH (ml)
|
||
Aquades
|
Ethanol
|
P.glikol
|
|||
1
|
6
|
0
|
4
|
1
|
6
|
2
|
6
|
0.5
|
3.5
|
1
|
7.3
|
3
|
6
|
1
|
3
|
1
|
6.2
|
4
|
6
|
1.5
|
1.5
|
1
|
2.3
|
5
|
6
|
3
|
1
|
1
|
2.5
|
6
|
6
|
3.5
|
0.5
|
1
|
5.4
|
7
|
6
|
4
|
0
|
1
|
7.3
|
b.
Perhitungan
1. Menghitung molaritas
NaOH
Molaritas NaOH
Dik
: N NaOH = 0,1 N
Dit : M
NaOH = …..?
Penye : M =
=
=
0,1 M
2.
Menghitung kadar Asam Salisilat
1.Kadar asam salisilat
· Tabung
1
Diketahui : V NaOH = 6 mL
M NaOH =
0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH
x M NaOH = V asam
salisilat x M asam salisilat
6 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam
salisilat = 0,12 M
• Tabung II
Diketahui : V NaOH = 7,3 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam
salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x
M asam salisilat
7,3 mL x 0,1 M = 5 mL x M
asam salisilat
M asam salisilat =
0,146 M.
• Tabung
III
Diketahui : V NaOH = 6,2 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam
salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x
M asam salisilat
6,2
x 0,1 M = 5 mL x M
asam salisilat
M asam salisilat = 0,124
M
• Tabung
IV
Diketahui : V NaOH = 2,3 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam
salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x
M asam salisilat
3,5
mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,046
M
• Tabung V
Diketahui : V NaOH = 2,5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam
salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x
M asam salisilat
2,5
mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,05
M
• Tabung VI
Diketahui : V NaOH = 5,4 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam
salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x
M asam salisilat
5,4
mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,108
M.
• Tabung VII
Diketahui : V NaOH = 7,3 mL
M NaOH = 0,1 M
asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar asam
salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat x
M asam salisilat
7,3 mL x 0,1 M = 5 mL x M
asam salisilat
M asam salisilat = 0,146
M
3.
Konstanta dielektrik (ε) masing-masing pelarut dalam pelarut campuran
1. Konstanta
dielektrik air dalam pelarut campur
Pada tabung
I – VII
Diketahui : ε air =
80,4
V air = 60 (% v/v)
Ditanyakan : ε
air dalam pelarut campur…….?
Perhitungan
:
ε air dalam pelarut
campur = ε air × %
v/v air
=
= 48,24
2. Konstanta dielektrik etanol (alkohol)
•
Tabung I
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol =
0 (% v/v)
Ditanyakan
: ε
etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanoldalam pelarut campur = ε
etanol × % v/v etanol
= 25,7
×
= 0
•
Tabung II
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol =
5 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanol dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
= 1,285
•
Tabung III
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol =
10 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7
×
= 2,57
•
Tabung IV
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol =
15 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7
×
= 3,855
•
Tabung VII
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol =
40 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanoldalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7
×
= 10,28
3. Konstanta dielektrik propilen glikol
•
Tabung I
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 40 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε p.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50
×
= 20
•
Tabung II
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 35 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε p.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50
×
= 17,5
•
Tabung III
Diketahui : ε p.glikol = 42.5
V p.glikol = 30 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam
pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε p.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50
×
= 15
• Tabung IV
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 15 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εp.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50
×
= 7,5
•
Tabung V
Diketahui : ε p.glikol = 50
V p.glikol = 10 (% v/v)
Ditanyakan : ε p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε p.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50
×
= 5
•
Tabung VI
Diketahui : ε
p.glikol = 50
V p.glikol =
5 (% v/v)
Ditanyakan : ε
p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan
:
ε
p.glikol dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50
×
= 2,5
•
Tabung VII
Diketahui : ε
p.glikol = 42.5
V p.glikol = 0 (% v/v)
Ditanyakan : ε
p.glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
εp.glikol
dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 42.5
×
= 0
Konstanta dielektrik pelarut campur
Tabung
Ke-
|
ε
air
|
ε
etanol
|
ε
propelin glikol
|
ε
pelarut campur
(ε air + ε etanol + ε propelin
glikol)
|
Kelarutan
Asam Salisilat
|
1
|
48,24
|
0
|
20
|
68,24
|
0,12
|
2
|
48,24
|
1,285
|
17,5
|
67,025
|
0,146
|
3
|
48,24
|
2,57
|
15
|
65,81
|
0,124
|
4
|
48,24
|
3,855
|
12,5
|
64,595
|
0,046
|
5
|
48,24
|
7,71
|
5
|
60,95
|
0,05
|
6
|
48,24
|
8,995
|
2,5
|
59,735
|
0,146
|
7
|
48,24
|
10,28
|
0
|
58,52
|
0,22
|
c. Grafik Hasil Percobaan
F. PEMBAHASAN
Kelarutan
dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary
definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat
terlarut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan
ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam.
Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil
ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya
garam akan mengurangi kelarutan zat.
Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran
pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut
bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat
disebut cosolvent.
Pada
percobaan ini, ditentukan kelarutan asam salisilat dalam pelarut campur/larutan
campuran antara air, etanol dan gliserol. Dimana asam salisilat ditimbang 1
gram sebanyak 7 kali yang masing-masing dilarutkan dalam larutan campuran 10 ml
dengan masing-masing larutan campuran tersebut adalah sebagai berikut.
·
Air 60% + Etanol 0% + Gliserol 40%,
·
Air 60% + Etanol 5% + Gliserol 35%
·
Air 60% + Etanol 10% + Gliserol 30%
·
Air 60% + Etanol 15% + Gliserol 25%
·
Air 60% + Etanol 30% + Gliserol 10%
·
Air 60% + Etanol 35% + Gliserol 5%
·
Air 60% + Etanol 40% + Gliserol 0%
Dalam
percobaan ini alasan zat dilarutkan yaitu untuk melihat tingkat kelarutan asam
salisilat dalam pelarut air, etanol, dan gliserol (pelarut campur) sehingga
dapat diketahui kelarutannya. Kelarutan sampel dapat ditingkatkan dengan
mengaduk-aduk atau mengocok larutan tersebut. Setelah itu, pada proses
penyaringan bertujuan untuk menyaring zat yang tidak terlarut dalam pelarut
yang digunakan. Berdasarkan kelarutannya, asam salisilat merupakan senyawa yang
larut dalam 550 bagian air, dan dalam 4 bagian etanol (95%).
Dari hasil
percobaan yang dilakukan, maka diperoleh data untuk kelarutan asam salisilat
pada pelarut campur Air 60% + Etanol 0% + Gliserol 40%
(tabung I) adalah 0, Pada tabung I mengalami kegagalan bereaksi yang ditandai
dengan tidak adanya reaksi perubahan warna setelah dilakukan titrasi dimana
disebabkan karena proses pengocokan yang tidak sempurna sehingga volume NaOH
nya adalah 0. Untuk kelarutan asam salisilat pada pelarut campur Air 60% +
Etanol 5% + Gliserol 35% (tabung II)
adalah 0,28 M, Pada tabung II mengalami reaksi atau perubahan warna setelah
dititrasi dengan NaOH dan fenolftalein
dan ini disebabkan oleh adanya asam salisilat yang larut dalam larutan
campur tersebut dengan volume NaOH yang diperoleh adalah 14 ml. Untuk kelarutan
asam salisilat pada pelarut campur Air 60% + Etanol 10% + Gliserol 30% (tabung
III) adalah 0,1 M, Pada tabung III mengalami reaksi atau perubahan warna
setelah dititrasi dengan NaOH dan fenolftalein
dan ini disebabkan oleh adanya asam salisilat yang larut dalam larutan
campur tersebut dengan volume NaOH yang diperoleh adalah 5 ml. Untuk kelarutan
asam salisilat pada pelarut campur Air 60% + Etanol 15% + Gliserol 25% (tabung
IV) adalah 0,12 M. Pada tabung IV mengalami reaksi atau perubahan warna setelah
dititrasi dengan NaOH dan fenolftalein
dan ini disebabkan oleh adanya asam salisilat yang larut dalam larutan
campur tersebut dengan volume NaOH yang diperoleh adalah 6 ml. Untuk kelarutan asam salisilat pada
pelarut campur Air 60% + Etanol 30% + Gliserol 10% (tabung V) adalah 0,18 M.
Pada tabung V mengalami reaksi atau perubahan warna setelah dititrasi dengan
NaOH dan fenolftalein dan ini disebabkan
oleh adanya asam salisilat yang larut dalam larutan campur tersebut dengan
volume NaOH yang diperoleh adalah 9 ml.
Untuk kelarutan asam salisilat pada pelarut campur Air 60% + Etanol 35% +
Gliserol 5% (tabung VI) adalah 0,3 M.
Pada tabung VI mengalami reaksi atau perubahan warna setelah dititrasi dengan
NaOH dan fenolftalein dan ini disebabkan
oleh adanya asam salisilat yang larut dalam larutan campur tersebut dengan
volume NaOH yang diperoleh adalah 15 ml
dan untuk kelarutan asam salisilat pada pelarut campur Air 60% + Etanol 40% +
Gliserol 0% (tabung VII) adalah 0,22 M. Pada tabung VII
mengalami reaksi atau perubahan warna setelah dititrasi dengan NaOH dan
fenolftalein dan ini disebabkan oleh
adanya asam salisilat yang larut dalam larutan campur tersebut dengan volume
NaOH yang diperoleh adalah 11 ml.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam
suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Temperatur atau suhu, tekanan,
dan pH larutan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan intrinsik
obat .
DAFTAR
PUSTAKA
Idris Effendi.,
2003, “Materi Kuliah Farmasi Fisika”,
Jurusan farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar.
http://pharmaedu.wordpress.com/2009/11/12/kelarutan-dan-peningkatan-kelarutan-obat/ diakses 28 Maret 2012.
http://kimiaanalisa.web.id/apa-itu-titrasi/ diakses 28 Maret 2012.
R.
Voight., (1994), “Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi”, Edisi Kelima, Penerbit Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Rosita,
Noorma, 2004, Studi kelarutan Astemizol,Vol.4 No.I, Fakultas Farmasi
Universitar Airlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar