Cari Blog Ini

Jumat, 20 April 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA


LAPORAN
 PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I
PERCOBAAN IV
KINETIKA REAKSI KIMIA
OLEH:
NAMA                        :           ANDI ANUGRAH AGUNG IBRAHIM
NIM                :           F1F1 11 091

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAGUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012



KINETIKA REAKSI KIMIA

A.     TUJUAN
Untuk mempelajari kinetika suatu reaksi kimia dan menentukan waktu kadaluarsa obat.
B.     LANDASAN TEORI
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir (Purba,2004).
Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakkan molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi waktu. Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan pengamatan dan pengukuran besaran termodinamika suatu reaksi, dengan mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu system (Siregar, 2008).
Kadaluarsa obat adalah berakhirnya batas aktif dari obat yang memungkinkan obat menjadi kurang aktif atau menjadi toksik (beracun). Kadaluarsa obat juga diartikan sebagai batas waktu dimana produsen obat menyatakan bahwa suatu produk dijamin stabil dan mengandung kadar zat sesuai dengan yang tercantum dalam kemasannya pada penyimpanan sesuai dengan anjuran. Dalam penggunaan obat dikenal istilah ’medication error’, yaitu pemakaian obat yang tidak tepat dan menimbulkan kerugian pada pasien, walaupun pengobatan tersebut berada dalam pengawasan profesional kesehatan, pasien dan konsumen. Salah satu komponen penting dalam ’medication error’ adalah ’deteriorated drug error’, yaitu penggunaan obat yang telah kadaluarsa atau integritas secara fisik dan kimia telah menurun        ( somelus, 2010).
Untuk menentukan kecepatan dekomposis suatu obat, digunakan metode elevated, terurainya obat tersebut dipercepat dengan memanaskannya pada temperature yang lebih tinggi. Log K versus 1/T dinyatakan dalam grafik dengan        menentukan persamaan garis regresi linear akan didapatkan harga K pada temperature kamar untuk menetukan waktu kadaluarsa obat. Metode ini dikenal sebagai studi stabilitas dipercepat (Anonim,2012)
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun (Hera, 2009).
C.     ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
Ø  Pipet tetes
Ø  Filler
Ø  Tabung reaksi
Ø  Penangas air
Ø  Statif 
Ø  Klem
Ø  Pipet ukur 10 ml
Ø  Thermometer
Ø  Hot plate
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
Ø  Aquades
Ø  Asetosal
Ø  FeCl3
Ø  Es batu




D.     PROSEDUR KERJA

  Larutan asetosal
                                                    
· Dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi, masing-masing 10 ml
· Dipanaskan pada suhu 40 oC
· Diangkat tabung reaksi tiap 5 menit
· Didinginkan
· Ditambahkan larutan FeCl3, masing-masing 0,2 ml
· Dikocok
· Diukur serapan pada spektrofotometer
· Diamati

Tabung 1 = 3,848 A
Tabung 2 = 2,453 A
Tabung 3 = 1,392 A
Tabung 4 = 2,974 A
Tabung 5 = 1,612 A




E.     HASIL PENGAMATAN
1.      Tabel hasil pengamatan
NO
Tabung
Waktu (menit)
Absorbansi ( C )
Log C
t 50%
K spesifik
1
I
5
3,848
0,5852
0,298
-0,029
2
II
10
2,453
0,3897
0,303
0,03
3
III
15
1,392
0,1436
0,306
0,058
4
IV
20
2,974
0,4733
0,291
-0,106
5
V
25
1,612
0,2074
0,0303
0,029

2.      Perhitungan
a.       Perhitungan k spesifik tiap tabung
K1 =   log 
=   log 
= 0,4606 log 0,8651
= 0,4606 (-0,0629)
= -0,029
b.      Perhitungan t50%  untuk tabung 1
t50% =
         =
         =
         = 0,298
3.    Grafik hubungan log C dan t
Dari grafik di atas, diketahui persamaan garis y = -0,013x + 0,561; maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
y = bx + a                       log C = log Co  t , sehingga:
b =  –
-0,013 = -
 K tot  = 0,029 menit­-1 , maka :
t90       =
            =
    = 3,62 menit
t 50%       =
 =  = 22,03 menit
F.      PEMBAHASAN
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.
Faktor-faktor yang mempercepat kadaluarsa obat meliputi faktor internal yaitu proses peruraian obat itu sendiri dan karena faktor eksternal yaitu oksigen, temperatur, cahaya dan kelembapan.
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus.
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.

Perubahan konsentrasi mula-mula dijadikan acuan untuk mengetahui kecepatan dekomposisi obat atau waktu paruh obat, yang dinyatakan dengan tetapan laju reaksi (k).
Waktu paruh obat merupakan waktu yang dibutuhkan suatu zat untuk terurai. Waktu paruh obat berguna untuk mengetahui seberapa lama suatu sediaan itu stabil.
Perlakuan pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah dengan memasukkan larutan asetosal kedalam 5 buah tabung reaksi masing - masing sebanyak 5 ml. kemudian kelima tabung reaksi tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia 500 ml yang berisi air dan kertas. Kertas dalam gelas kimia berfungsi untuk menjaga agar thermometer dapat terpasang dengan baik. Selanjutnya, gelas kimia tersebut diletakkan pada hot plate untuk dipanaskan. Dilakukan pemanasan karena pada percobaan ini menggunakan metode elevated yaitu suatu metode yang digunakan untuk mempercepat reaksi suatu obat dengan memanaskannya pada temperature yang lebih tinggi. Dengan metode ini kita dapat mempercepat terurainya molekul atau senyawa-senyawa dalam obat dengan pemanasan. Adapun alasan digunakan metode elevated karena metode ini cukup mudah dilakukan dengan hasil yang akurat.
Pada percobaan ini suhu yang digunakan untuk memanaskan larutan yaitu 40 0C. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asetosal yang pada pembuatannya dicampur dengan alkohol yang mudah menguap. Sehingga, untuk menghidari penguapannya maka digunakan suhu 40 0C. tabung reaksi yang telah dipanaskan dikeluarkan satu persatu dari gelas kimia dengan selang waktu 5 menit. Sehingga diperoleh waktu untuk pemanasan tabung I yaitu 5 menit, tabung II 10 menit, tabung III 15 menit, tabung IV 20 menit dan tabung V 25 menit. Selain ke 5 tabung diatas, ada salah satu tabung reaksi atau tabung VI yang berisi asetosal. Namun, pada perlakuanya tabung ini tidak dipanaskan karena akan digunakan sabagai larutan standar, pembading atau sebagai konsentrasi mula – mula.
Perlakuan selanjutnya yaitu dengan menyimpan tabung reaksi yang telah dipanaskan pada gelas kimia yang berisi es batu. Es batu ini berfungsi untuk menghentikan penguraian yang terjadi pada saat asetosal dipanaskan. Setelah semua tabung didinginkan dan didiamkan di sebuah gelas kimia kosong, maka kelima tabung reaksi yang melalui proses pemanasan tadi diteteskan dengan larutan FeCl3 sebanyak satu tetes. Perlakuan ini juga dilakukan pada tabung reaksi keenam yang tanpa melalui proses pemanasan.
Adapun tujuan ditetesi dengan stu tetes larutan FeCl3 adalah agar terbentuk kompleks antara Fe3+ dengan asetosal sehingga terjadi perubahan warna dari berwarna bening menjadi berwarna keunguan yang tidak terlalu pekat. Dengan adanya warna ini maka dapat dihitung nilai absorbansinya (yang digunakan untuk nilai log C) dengan menggunakan alat spektrofotometer. Nilai konsentrasi suatu obat berbanding lurus dengan nilai absorbansinya sehingga dengan diketahuinya nilai absorbansi maka konsetrasi nya juga dapat diketahui.
Hasil yang diperoleh untuk nilai absorbansi yaitu seharusnya semakin kecil apabila semakin lama proses pemanasannya. Hal ini didasari bahwa apabila suatu senyawa dipanaskan maka akan menaglami penguraian sehingga konsentrasinya semakin kecil. Namun, pada percobaan ini khususnya tabung IV menunjukkan nilai absorbansi yang lebih besar dari pada tabung sebalumnya atau tabung III. Kesalahan ini kemungkinan disebabkan oleh penambahan larutan FeCl3 yang berlabihan.



G.    KESIMPULAN

            Kesimpulan dari percobaan ini adalah Kinetika reaksi kimia yaitu kecepatan reaksi dan mekanisme reaksi yang dapat menunjukkan seberapa cepat proses reaksi berlangsung dalam waktu tertentu, dan untuk mengetahui waktu kadaluwarsa obat yaitu dengan cara uji stabilitas. Semakin panas suhu yang diberikan pada suatu obat maka waktu kadaluarsa obat semakin cepat sehingga untuk menyimpan obat sebaiknya di tempat sejuk atau terhindar dari kontak langsung dengan matahari.


H.     
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Penuntun praktikum farmasi fisika 1. Unhalu. Kendari.
Purba, Michael.2004. Kimia untuk SMA kelas XI.. Jakarta: Erlangga.
Siregar, Tirena Bahnur. 2008. Kinetika Kimia Reaksi Elementer. Medan. Usu press.

http://hera-kimia.blogspot.com/ . diakses 15- 04- 2012.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar